Masjidil Haram

Masjidil Haram

Rabu, 22 Oktober 2008

Solusi Atas Berbagai Krisis

Ditulis oleh Admin
Selasa, 04 Maret 2008
Mengantisipasi krisis psikologis ummat sebagaimana yang telah dipaparkan pada awal maudhu’ (tema) ini, perlu diambil langkah-langkah diagnosis berikut.
Pertama, memahami syariat Islam secara terperinci (al-ma’rifah ad-daqiq ‘an syari’atil Islam).
Dengan mengilmui syariat Islam, Allah akan memberikan ‘ilmu kasbi (ilmu yang diperoleh melalui usaha yang tekun) dan ‘ilmu ladunni (ilmu baru yang didapatkan atas kemurahan Allah). Dengan ilmu yang luas akan mengantarkan seseorang mampu mengidentifikasi permasalahan kehidupan ummat dan mencari solusi alternatif. Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Posisi manusia lebih tinggi dari makhluk lain, termasuk malaikat, karena interaksinya dengan ilmu.
Allah mencela orang yang menuruti hawa nafsu dan tidak mau menggali potensi-potensi sama’, bashar dan fuad-nya secara maksimal. Ibnu Taimiyah mengatakan kebodohan adalah musibah kematian sebelum meninggal. Allah akan meminta pertanggungjawaban manusia atas penggunaan sama’, bashar dan fuad-nya.
Doa yang seringkali dipanjatkan oleh Rasulullah pada awal-awal perlangkahan Islam adalah doa agar dianugerahi SDM unggul, “Ya Allah, jayakanlah Islam ini dengan masuk Islamnya salah satu dari dua Umar.” Dengan ilmu syariat akan menambah pemiliknya takut kepada Allah, dan akan menyimpulkan bahwa semua ciptaan-Nya tidaklah sia-sia.
Bangsa-bangsa yang memiliki komitmen peningkatan SDM, maka akan memiliki keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan, sosial, politik, ideologi, ekonomi, keamanan, dll. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa perintah mencari ilmu menggunakan kalimat faridhatun, dimana “ta’ marbuthah” dalam kata ini mempunyai arti superlatif (mubalaghah), alias sangat diwajibkan.

Kedua, membangun iman secara mendalam (al-iman al-‘amiiq)

Iman akan melahirkan kesadaran untuk hidup Islami secara total dan menyeluruh, menerima Islam sebagai minhajul hayat (sistem hidup), tak terjebak pada parsialisasi Islam (juz’iyyatul Islam), atau ber-Islam karena dorongan intres pribadi.
Iman yang benar akan melahirkan sikap sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami tunduk) pada ketentuan Allah. Mukmin sejati memiliki kesiapan lahir dan batin untuk diatur oleh Allah dengan suka rela. Dengan iman akan melahirkan loyalitas pada kebenaran mutlak, keadilan, kejujuran, kedamaian, kedisiplinan, keindahan dan sifat-sifat utama yang lain. Kemenangan iman bukan hadiah ummat Islam semata, tetapi kemenangan kemanusiaan atas kezaliman, ketidakadilan hukum dan ekonomi dan sikap represif lainnya. Karena Islam adalah untuk semua manusia (kaffatan lin-naas) dan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil-‘alamin).
Iman yang tidak melahirkan gerakan penegakan syariat dalam kehidupan sama jeleknya dengan amal yang tidak berlandaskan iman. Setelah mengikrarkan syahadat, konsekuensinya adalah menegakkan syariat shalat. Syariat shalat merupakan penye-garan ulang tentang kesiapan muslim dalam mengatur segala aspek kehidupan dengan syariat, demikian kata Al-Maududi.

Ketiga, membangun solidaritas dan soliditas sesama ummat (al-ittishal al-watsiiq)

Terapi yang ketiga adalah terampil dalam menjalin hubungan interpersonal dan intrapersonal (shidqun fil mu’amalah). Ada dua komponen penting sebagai pilar dalam bergaul (rukn al-mukhalathah). Pertama, minimal kita tidak memiliki sikap berburuk sangka, dengki, benci kepada sudara muslim. Kedua, maksimal kita mampu menunjukkan sikap itsar (mengutamakan orang lain melebihi dirinya sendiri).
Berbeda dengan paham barat yang mengatakan, “Kalian bebas berbuat apa saja asal tidak melanggar batas-batas kebebasan kami.” Islam mengajarkan sejauh mana Anda mengorbankan kebebasan Anda untuk kepentingan orang lain.
Bertolak dari shidqun fil mu’amalah akan melahirkan ukhuwah Islamiyah. Sejarah menunjukkan bahwa dengan jalinan ukhuwah yang solid maka berbagai kesulitan maupun tantangan yang dihadapi ummat akan mudah diselesaikan.
Jika ketiga diagnosa krisis yang dipaparkan pada awal tema ini, diuji secara shahih pada realitas kehidupan ummat, insya-Allah berbagai krisis yang bersifat konsepsional dan teknis akan segera berakhir.
Dengan sumber daya manusia yang beriman, berilmu dan dirakit dalam bangunan organisasi yang kokoh maka akan men-zhahir-kan Islam diatas agama-agama yang lain, semuanya. Ketiga solusi mendasar diatas – menurut kajian Sistematika Nuzulnya Wahyu – dinamakan Prinsip Dasar Aqidah, Syari’ah dan Imamah-Jamaah.

Article Source : hidayatullah.or.id

Tidak ada komentar:

Masjid Nabawi

Masjid Nabawi

Masjidil Aqsa

Masjidil Aqsa