Masjidil Haram

Masjidil Haram

Jumat, 17 Oktober 2008

al-Fatihah


Muhsin and Hilali English Translation
  • In the Name of Allah, the Most Beneficent, the Most Merciful.
  • All the praises and thanks be to Allah, the Lord of the Alameen (mankind, jinns and all that exists).
  • The Most Beneficent, the Most Merciful
  • The Only Owner (and the Only Ruling Judge) of the Day of Recompense (i.e. the Day of Resurrection)
  • You (Alone) we worship, and You (Alone) we ask for help (for each and everything).
  • Guide us to the Straight Way.
  • The Way of those on whom You have bestowed Your Grace , not (the way) of those who earned Your Anger (such as the Jews), nor of those who went astray.

Prinsip Jamaah


Ditulis oleh Admin hidayatullah.or.id
Jumat, 20 Juni 2008
Surat al-Fatihah ayat 1-7

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . مَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ . إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ . اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ . صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضَّآلِّيْنَ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada-MU lah kami menyembah dan hanya kepada-MU lah kami mohon pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”

Makna umum surat al-Fatihah

Jika al-Fatihah adalah pembuka kitab al-Qur’an (fatihatul Kitab), itu berarti segala kandungan dan makna al-Qur’an telah terangkum di dalamnya. Tema utama al-Qur’an berkisar pada masalah aqidah, ibadah, dan manhaj hayah ‘sistem kehidupan’. Dalam surat al-Fatihah dimulai dengan menyebut tema aqidah, yaitu al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin, ar-rahmanir-rahim, maaliki yaumid-diin. Selanjutnya yang kedua, bertemakan ibadah, yaitu iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Serta ketiga, mempunyai tema manhaj hayah, yaitu ihdina ash-shiraathaa al-mustaqim, dan shiraatha al-ladziina an’amta ‘alaihim ghairi al-maghdhuubi ‘alaihim wa laadh-dhaallin.

Pertama, al-Qur’an mengajak kepada aqidah, lalu ibadah dan selanjutnya minhaj hayah. Dalam al-Fatihah kita dapatkan ketiga kandungan tema ini datang secara berurutan sekaligus.

Dalam ajaran Islam, tema aqidah bukan semata-mata konsumsi otak, tetapi harus melahirkan hasil, berbekas, diwujudkan dengan melaksanakan kewajiban. Ketika mengenal Allah memiliki sifat rububiyah, rahmat, hisab, maka semua itu mengharuskan untuk beramal.

Bertolak dari sini, surat al-Fatihah dimulai dengan pujian kemudian mengajarkan ibadah, meminta pertolongan, meminta hidayah agar selalu di atas jalan lurus. Surat ini juga memperkenalkan Allah dan sifat rububiyah-Nya sekaligus menunjukkan posisi kita, yaitu beribadah kepada-Nya. Poros gerak ibadah itu ialah memuji Allah al-hamdulillah, beribadah kepada-Nya, meminta pertolongan dan memohon agar konsisten berjalan di atas sistem yang digariskan-Nya.

Inti ajaran Islam itu adalah ma’rifatullah. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Rabb (pendidik alam) dan Malik (pemilik), al-Mu’in (penolong) dan al-Hadi (pemberi hidayah). Asas aqidah adalah iman kepada Allah (rabbul ‘alamin) dan hari akhir (maaliki yaumi ad-diin). Kemudian asas ibadah adalah (iyyaka na’budu). Kata ganti iyyaka dikedepankan atas kerja, fi’il, tentunya memberi konotasi hanya itu. Dan asas berjalan menuju Allah (thariq ilallah), adalah teladan yang baik yang telah dicontohkan para Nabi, shiddiqin, syuhada’, dan segenap orang shalih. Al-Fatihah juga secara eksplisit memberikan isyarat kepada sumber penyimpangan, inhiraf, teladan jahat orang-orang sesat.

Surat al-Fatihah dimulai dengan menyebut Dzat yang berhak menerima pujian, serta penyifatan diri-Nya dengan sifat-sifat yang agung. Allah adalah pemilik segala urusan yang agung, yang berhak dipuji, ditaati, dimintai pertolongan dalam segala persoalan. Dzat yang khusus itu diajak dialog dengan sifat-sifat terpuji dengan menyebut iyyaka ‘hanya kepada-Mu’ lah, wahai Pemilik segala sifat mulia, ini kami menyembah dan meminta pertolongan.

Tema ibadah didahulukan atas isti’anah (memint tolong) karena mendahulukan wasilah (ibadah) sebelum masuk wilayah isti’anah, memperbesar peluang adanya pengabulan (ijabah). Kata isti’anah mencakup seluruh bentuk pertolongan yang diinginkan Allah.

Ihdina adalah penjelasan dari permintaan ma’unah (pertolongan). Seakan-akan manusia meminta hakikat pertolongan yang diinginkannya, yaitu jalan yang lurus. Jalan yang lurus mustahil dapat terwujud tanpa pertolongan Allah.

Realisasi dari permohonan itu bisa didapatkan dengan ibadah. Tiada ibadah tanpa ma’rifah. Ma’rifah yang tidak berorientasi pada penujuan segala pujian kepada Allah adalah ma’rifah yang pincang. Bila seorang hamba mendapatkan nikmat berkata al-hamdulillah. Jika merasakan goncangan membaca iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in.

Al-Fatihah menyebutkan dengan ungkapan jama’, “iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in” serta “ihdina ash-shirath al-mustaqim”, ini menegaskan prinsip seorang muslim wajib menjadi bagian dari jamaah kaum muslimin dan bahwa tarbiyah Islamiyah dan dakwah Islamiyah (pada surat al-Muddatsir) harus berbentuk tarbiyah jama’iyah.

Dan surat al-Fatihah ini menjelaskan dua jalan. Jalan orang yang diberi nikmat dan jalan yang dimurkahi Allah dan tersesat. Allah telah menjelaskan orang-orang yang telah diberi nikmat.

فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ (النساء: 69)
“Maka mereka itu akan tinggal bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yang terdiri dari golongan Nabi, shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih.” (QS an-Nisa’ :69).

Tidak ada komentar:

Masjid Nabawi

Masjid Nabawi

Masjidil Aqsa

Masjidil Aqsa